RAHASIA
DI BALIK KATA MALU
( AL HAYAA’)
Oleh : Gesit Budi Argo
Pembaca yang di muliakan oleh Allah, kata “Malu” dalam bahasa
arab adalah الحياء ( Al haya’ ) kata ini merupakan derivat dari kata الحياة( Al
hayyah ) yang artinya adalah “kehidupan”. Selain الحياء( Al hayya’) contoh derivat lain kata الحياة adalahحيا ( Hayaa
) yang artinya “hujan“ . apa kaitan antara hujan dan kehidupan ???
kaitanyya adalah bahwa hujan merupakan sumber kehidupan bagi bumi, tanaman, dan
hewan ternak bahkan manusia.
Dalam bahasa arab الحياة( Al Hayaah ) “ Kehidupan “
mencakup kehidupan dunia dan akhirat. Lalu, kembali ke pokok bahasan utama, apa
kaitan الحياء Al hayaa’ ( malu ) denganالحيا AlHayaah ( kehidupan ) ???
Jawabannya adalah karena orang yang tidak memiliki rasa malu, ia
seperti mayat didunia ini, dan ia benar – benar akan celaka di akhirat.
Orang yang tidak memiliki rasa malu, tidak merasa risih ketika
bermaksiat. Ketika ia menontonkan lekuk tubuhnya, memamerkan keseksiannya, dan
memamerkan aurotnya, ia tidak merasa bahwa itu adalah perbuatan yang “
MENJIJIKKAN”.
Ketika ia beduaan dengan lawan jenis atau istilah trennya dengan sang –
Pacar yang bukan mahromnya ditengan keramaian, ia tidak peduli dengan tatapan
heran manusia.
Ketika ia melanggar setiap larangan Allahh, ia anggap sebagai
rutinitas, seolah –olah dia tidak merasa dirinya “HINA”.
Benar !!! ia seperti mayat, ya !!! apapun yang terjdi disekitar mayat,
tidak akan dapat mendatangkan manfaat baginya.
Maka, benarlah p9erkataan Ibnu Qayyim, yang artinya “ diantara dampak
maksiat adalah menghilangkan malu yang merupakan sumber kehidupan hati dan inti
dari segala kebaikan, hilangnya rasa malu berarti hilangnya seluruh kebaikan.”
Ini sebagaimana sabda Nabi :
الحياء خير كله
“ Rasa
malu seluruhnya adalah kebaikan”. (Sahih Muslim¨:87 )
Oleh karena itu, seseorang yang bermaksiat dan terus – menerus
melakukannya dikatakan sebagai seorang yang tidak tahu malu.
Nabi bersabda :
“ Sesungguhnya termasuk yang
pertama diketahui manusia dari ucapan kenabian adalah “ jika kamu tidak malu,
berbuatlah sesukamu!!!”. (shahih Bukhori : 5769)
Dalam menjelaskan Hadist diatas, Ibnu Qoyyim berkata, “Maksudnya,
dosa – dosa akan melemahkan rasa malu seorang hamba, bahkan bisa
mnghilangkannya secara keseluruhan, akibatnya pelakunya tidak lagi terpengaruh
atau merasa risih saat banyak orang mengetahuo kondisi dan perilakunya yang
buruk, lebih parah lagi banyak diantara mereka yang menceritakan keburukannya.
Semua ini di sebabkan hilangnya rasa malu, jika seseorang sudah sampai pada kondisi
tersebut, tidak dapat diharapkan lagi kebaikannya”. ( Musykil).
Akhirnya saya akhiri artikel ini dengan kutipan lagi perkataan Ibnu
Qayyim :
الله تعلى من معصيته لم يستح الله من و من استحي من الله عند معصيته
استحي الله من عقوبته يوم يلقاه و من لم يستح من عقوبته
“ Barang
siapa malu terhadap Allah saat mendurhakai-Nya, niscaya Allah akan malu
menghukumnya pada hari pertemuan dengan- Nya, demikian pula, barang siapa tidak
malu mendurhakai Nya niscaya Dia (Allah) tidak
malu untuk menghukumnya”.
CAMKAN…!!!
Referensi :
Kitab الدأ و الدوأ karya Ibnu Qayyim Al Jauziyyah
Mas
Pogkel_@ymail.com
Comments
Post a Comment