Dunia merupakan ladang yang di
dalamnya terdapat kebutuhan manusia yang bisa terpenuhi berupa kenikmatan dan
kesenangan. Namun kehidupan ini bersifat fana, sayangnya banyak orang yang
terlalaikan olehnya. Dunia ini bagaikan padang rumput yang mampu menghipnotis
bagi orang-orang yang melihat karena hijaunya dan sejuta ilalang yang
menari-nari di dalamnya. Padahal dikemudian hari akan lenyap, sehingga
seakan-akan tak sekalipun pernah terjadi.
Namun mayoritas dikalangan
masyarakat era globalisasi ini, berlimpahan orang yang tak menyadari akan itu
semua pada akhirnya mereka berlomba-lomba dalam meraih kejemuan dunia ini.
Hingga mereka mengejar dunia secara berlebihan dan melupakan
Nyantri
Untuk Dunia dan Akhirat
Oleh : Oki Bing Romanto
yang namanya kehidupan
akhirat. Karena mereka menganggap kehidupan hanya di dunia ini. Cara ini tentu
tidak dibenarkan dalam islam. Islam mengatakan kedua-duanya (dunia &
akhirat) harus sama-sama diperhatikan.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
Ibn al-kasir, dikatakan
ليس بخير
كم من ترك دنياه لااخرته ولااخرته لدنياه حتى يصيب منهما جميعا فان الدنيا بلاغ
الى الاخرة ولا تكونوا كلا على الناس ( رواه ابن عاساكرعن انس )
“ Bukanlah
orang baik diantara kamu yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar
akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga dapat memadukan
keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia menghantarkan kamu menuju akhirat.
Janganlah kamu menjadi beban orang lain. ’
’(H.R Ibnu Aasakir
dari Annas)
Dari hadist tersebut dapat
disimpulkan bahwa islam sangat memperhatikan keseimbangan antara kehidupan
dunia dan akhirat. Ibadah dalam agama islam tidak hanya sekedar ritualitas
ibadah saja , tetapi juga berkaitan tentang kehidupan dunia , dan pola
interaksi antara hubungan antara manusia denga sesamanya .
Dalam hadist yang tak asing bagi
telinga kita, juga dikatakan
اعمال
لدنياك كانك تعيش ابدا واعمال لاخرتك كانك تموت غدا (رواه عاساكر )
Sekarang yang menjadi pertanyaan
adalah “ Bagaimana kita bisa menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat itu secara
seimbang? ”.
Mungkin jawaban akan pertanyaan
tersebut kita flashback pada Hadist Rosul yaitu :
من اراد
الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الاخرة فعليه بلعلم ومن ارادهما فعليهما بالعلم
Secara tersurat, hadist tersebut
mengatakan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat bisa dicapai dengan ilmu. Bahkan
dikatakan oleh Imam Zarnuji dalam muqodimah kitab karangannya (Ta’lim
Muta’alim) yang berupa pujian kepada Allah yang telah mengutamakan bani Adam
dengan ilmu. Ini berarti menandakan bahwa kedudukan ilmu memang sangat berperan
dalam kehidupan manusia. Firman Allah SWT Al-Mujadalah yang artinya “ Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki
ilmu”.
Disini akan tibul lagi pertanyaan
“ilmu yang seperti apa yang akan membawa dalam kebaikan dunia serta akhirat
tersebut?”
Mungkin jawabannya mengacu pada
hadist Rosul yang sangat populer yaitu :
من يرد
الله به خيرا يفقهه فى الدين
“Barang
siapa yang dikehendaki oleh Allah pada kebaikan, maka akan diberi kepahaman
didalam masalah agama”
Jika
demikian, bahwa ilmu agama yang akan membawa dalam kebaikan tersebut, maka kita
tidak lepas dari yang namanya dunia pesantren. Karena realitanya pesantren
adalah tempat dimana ilmu agama banyak dikaji. Dan tentunya mengenai pengkajian
ilmu di pesantren tidak perlu diragukan lagi.
Namun, melihat kondisi zaman modern
ini, masyarakat menilai bahwa pesantren merupakan tempat yang kuno dan jadul,
mereka menganggap pesantren hanyalah untuk membuang anak-anaknya yang tidak
bisa diatur oleh orang tuanya sendiri. Bahkan juga mengatakan “Mondok ki, yo
paling dadi modin”.(hahahahahahaha) Hal ini tentu sangat bertolak belakang jika
kita mengacu pada hadist-hadist di atas.
Untuk itu kita sebagai orang islam
yang paham akan hukum - hukum , juga mengharapkan kebahagiaan
dunia
serta
“Bahkan dikatakan oleh Imam Zarnuji dalam
muqodimah kitab karangannya (Ta’lim Muta’alim) yang berupa pujian kepada Allah
yang telah mengutamakan bani Adam dengan ilmu. Ini berarti menandakan bahwa
kedudukan ilmu memang sangat berperan dalam kehidupan manusia”.
akhirat tadi, tentu kita
harus akui bahwa pesantrenlah salah satu jalannya.
Jangan kita anggap kaum sarungan
(santri) yang setiap hari mengkaji ilmu agama tadi sangat rendah kedudukannya.
Jika mengacu pada uraian sebelumnya, mungkin tak salah jika lewat pesantren
(mondok), kita bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Amin……………..
Comments
Post a Comment